Ragam

Opini : Redupnya Eksistensi Pasar Tradisional di Era Modern

Oleh : Sumardin Karo Karo (Pegiat UMKM, Buton Tengah - Sultra).

Dewasa ini, di tengah merebaknya pasar modern mayoritas orang-orang beranggapan pasar tradisional kini pelan-pelan mulai redup.

Laju pergerakan perubahan zaman yang tidak dapat dibendung, mengakibatkan terjadinya distraksi pada pergeseran segmentasi pasar hingga melahirkan pelaku-pelaku usaha baru, baik itu pasar tradisional maupun pasar modern.

Metamorfosis dunia perdagangan kian tak seperti dulu yang diawali dengan pasar yang memakai sistem barter (barang ditukar dengan barang), lalu lahir pasar tradisional, kemudian pasar modern terbangun dengan struktur bangunan yang kokoh.

Lahirnya pasar-pasar baru yang memecah daya beli masyarakat, hal ini diakibatkan karena persaingan pasar yang lebih modern. Seperti Hypermart dan supermarket, hingga usaha retail yang memenuhi pinggir jalan

Fenomena ini, tentu memberi dampak besar terhadap pasar tradisional yang lebih dulu hadir memenuhi kebutuhan pokok masyarakat.

Adanya pasar-pasar modern, merupakan langkah kesenjangan ekonomi sebab akan terjadi perpecahan daya serap beli masyarakat, karena masyarakat dengan kelas ekonomi keatas akan cenderung lebih memilih pasar modern, sementara itu pasar tradisional adalah tempat mereka yang mempunyai kelas ekonomi ke bawah.

Berdasarkan hasil Study A. C. Nielsen, percepatan pertumbuhan pasar modern di Indonesia mencapai 32,4% sementara pasar tradisional menyusut kurang dari 1% yaitu -8,1%.

Fakta ini menunjukkan bahwa setiap tahun terjadi kesenjangan terhadap eksistensi pasar, sebab di satu sisi, presentasi pasar modern makin menguat, di sisi lain pasar tradisional mulai melemah dan termarginalisasi oleh pergeseran daya beli masyarakat.

Namun dengan lahirnya pasar-pasar modern tidak membuat suasana pasar tradisional rapuh apalagi jatuh, karena pasar tradisional merupakan titik pusat gravitasi penggerak ekonomi kerakyatan yang memicu arah gerak pembangunan kota.

Ketersediaan produk pada pasar modern tidak kalah saing dengan pasar tradisional, namun pada pasar modern penentuan sebuah harga produk langsung tertera pada label harga pas, tanpa adanya proses tawar-menawar dan tak ada komunikasi pisah-sambut pembeli dan penjual serta lebih hemat kata.

Lain halnya, pada pasar tradisional lebih komunikatif sebagai sumber pertukaran informasi antara penjual dan pembeli yang lebih hidup saat proses tawar-menawar, dan harga sebuah produk juga lebih terkesan murah serta lebih kompetitif.

Berdirinya struktur bangunan kokoh pada pasar modern selalu disambut dengan gelaran karpet merah dan tepukan tangan serta tarian ria oleh penentu kebijakan. Sebab dengan lahirnya berbagai macam pasar modern akan berbanding lurus dengan jumlah pajak yang akan di bebankan pemerintah kepada pelaku usaha.

Berdasarkan data yang berhasil dihimpun, terdapat kurang lebih 13.450 pasar tradisional dan memiliki 12, 6 juta pedagang di Indonesia, yang menjadikan pasar tradisional sebagai jalan pedang bagi pelaku usaha yang menyandarkan hidupnya agar asap dapur tetap mengepul.

Saat pemerintah menyambut pasar modern dengan tangan terbuka dan penuh suka cita, lain halnya dengan pasar tradisional.

Pasar tradisional sering kali mendapat perlakuan tidak sepadan dibandingkan dengan pasar modern, mulai dari penggusuran hingga pembakaran dengan alih-alih penataan kembali kawasan pasar.

Pihak pemerintah terkadang mendirikan pasar baru tandingan, dengan fasilitas yang memadai, tak jauh dengan pasar lama yang lebih dulu terbangun.

Berbagai masalah yang dihadapi pasar tradisional hari ini, nampaknya ia tetap tegap dan kuat di tengah hempasan pasar-pasar modern, walaupun pasar tradisional tak seindah pasar modern, namun pasar tradisional hanya akan redup tetapi tidak akan mati.

Sebab, pasar tradisional merupakan penggerak ekonomi kemasyarakatan, eksistensi pasar tradisional akan terus ada dan berlipat ganda sebagai urat nadi dan jantung ekonomi kerakyatan.

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button