Asahan

Kebut Capaian Vaksinasi, Kadis Kesehatan Buteng: Kita Terus Bergerak Lampaui Target

WajoTerkini.com, BUTON TENGAH – Pemerintah daerah Kabupaten Buton Tengah (Buteng), Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra), saat ini terus mengebut capaian vaksinasi dosis kedua dalam rangka peningkatan kekebalan (daya tahan) tubuh masyarakat terhadap serangan Covid-19 maupun Omicron.

Kepala Dinas (Kadis) Kesehatan Buteng, Kasman saat ditemui oleh awak WajoTerkini.com beberapa waktu lalu mengungkapkan, saat ini Kabupaten Buton Tengah bukan lagi urutan terbawah untuk capaian vaksinasi dosis pertama se-Provinsi Sultra.

“Kita terus bergerak lampaui target, pelan tapi pasti. Saya bekerja sesuai arahan pak bupati jangan ada yang direkayasa, karena ini tentang persoalan nyawa,” ungkapnya.

Berdasarkan data Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPCPN), Kasman memaparkan bahwa capaian vaksinasi dosis pertama di Kabupaten Buton Tengah saat ini berada di posisi 75,44 persen. Hal itu menunjukkan Buteng telah melampaui target 70 persen.

“Seperti yang telah disampaikan pada sosialisasi yang lalu, sekarang kita kejar untuk dosis kedua. Meskipun kita kejar dosis kedua tapi vaksinasi dosis pertama juga tetap kita layani,” paparnya.

Sedangkan untuk vaksinasi dosis kedua saat ini Buton Tengah baru mencapai 47,67 persen. Meskipun demikian, Kabupaten Buton Tengah bukan posisi terbawah di Sulawesi Tenggara.

“Kalau kita lihat grafiknya karena kita perbandingan se-Sultra, maka untuk SDM kesehatan di Buteng masih ada 9 kabupaten/kota yang dibawahnya kita,” ucap Kadinkes Buteng.

Kasman juga menjabarkan presentase capaian kinerja Dinas Kesehatan Buton Tengah secara berurut dilihat dari beberapa aspek yaitu:

1). Pelayanan publik bidang kesehatan 57 persen dan melampaui 9 kabupaten lain di Sultra.
2). Vaksinasi lansia 52 persen, melampaui 4 kabupaten lain.
3). Vaksinasi terhadap masyarakat rentan atau umum, presentasenya tidak disebutkan namun Buton Tengah masih melampaui 2 kabupaten lain.
4). Vaksinasi usia remaja 83 persen, melampaui 5 kabupaten lain.
5). Vaksinasi anak usia 6 sampai 11 tahun atau usia Sekolah Dasar (SD) mencapai 52 persen. Meskipun Buton Tengah terlambat melakukannya karena kendala stok vaksin, tetapi masih melampaui 6 kabupaten lain di Sultra.

“Alhamdulillah atas dukungan dan kerja sama kita semua ini bisa kita capai. Sekarang kendala kita untuk pelayanan vaksin adalah stok vaksin kita yang tipis, kemarin sempat sudah tidak ada yang melayani karena kehabisan stok,” ungkap Kadis Kesehatan Buteng.

Beberapa pekan terakhir kata Kasman, pihak Dinkes Provinsi Sultra mengarahkan Dinkes Buteng untuk menjemput stok vaksin ke Kabupaten Muna Barat. Hal ini disebabkan Dinkes Sultra kehabisan stok vaksin.

Setelah stok dari Muna Barat habis, Dinkes Buteng juga kemudian diarahkan untuk menjemput stok vaksin di Kabupaten Buton. Selanjutnya Dinkes Buteng diarahkan lagi ke Kabupaten Muna.

“Kalau hanya dikasih dua ribu atau tiga ribu dosis, maka satu minggu itu sudah selesai. Kemarin kita diarahkan lagi ke Muna, tapi hanya dikasih juga seribu dosis,” kata Kasman.

“Mudah-mudahan dalam waktu dekat ini ada droping dari provinsi. Kalau terkait masa kadaluarsa, kalau yang kita terima ini masih layak pakai. Saat ini kita tidak ada paket vaksin yang mendekati kadaluarsa, karena kalau kita hanya diberikan seribu dosis maka dalam waktu satu atau dua hari langsung habis,” sambungnya.

Kadis Kesehatan Buteng ini juga menjelaskan secara gamblang bahwa untuk vaksinasi dosis pertama, Kabupaten Buton Tengah menggunakan vaksin jenis Sinovac.

“Untuk vaksin Sinovac ini sudah dibatasi penggunaannya hanya untuk usia 6 sampai 11 tahun atau usia SD. Diluar dari usia SD itu tidak boleh lagi pakai Sinovac, dia harus pakai Vizer atau Moderna. Untuk dosis kedua yang tersedia di Buteng saat ini adalah Vizer,” jelas Kasman.

Ia menuturkan pula, saat ini Pemda Buton Tengah sedang menggenjot vaksin dosis kedua. Dinkes Buteng juga berharap agar vaksin dosis kedua saat ini bisa tuntas secepatnya.

“Sebenarnya setiap vaksinasi itu ada pengantar yang berisi tulisan untuk datang satu bulan kemudian, tapi kadang sudah banyak yang lewat. Ini kita khawatir jangan sampai drop out, karena kalau sudah sampai 6 bulan maka sudah drop out. Sehingga meskipun orang yang bersangkutan mau datang vaksin maka dia tidak bisa dihitung vaksin dosis kedua, dia harus kembali lagi disuntik vaksin dosis pertama,” tuturnya.

Menurut Kasman, kondisi di lapangan hari ini bisa dilihat sendiri oleh masyarakat, sehingga tidak perlu lagi ada pertanyaan tentang bagaimana kondisinya masyarakat yang sudah divaksin.

“Dalam program vaksinasi, yang disuntikkan ini untuk kekebalan atau pertahanan tubuh terhadap Covid. Dikenanya orang yang sudah divaksin dengan belum divaksin pasti beda, karena yang sudah divaksin dia sudah punya pertahanan tubuh, tapi kalau orang yang tidak divaksin begitu kena maka ibarat petinju langsung Knock Out (KO),” ulasnya.

Dijelaskannya pula, awal masuknya Covid-19 cukup meresahkan masyarakat. Namun seiring dengan program vaksinasi yang terus dijalankan oleh pemerintah, maka saat ini masyarakat tampak biasa-biasa meskipun hidup berdampingan dengan Covid bahkan Omicron.

“Jadi tidak cocok kalau kita bilang vaksin tidak ada gunanya, yang jelas ada gunanya. Pasca adanya vaksinasi, masyarakat yang terkena Covid sudah minim, itu yang kita syukuri. Ini kan seiring dengan peningkatan capaian vaksinasi, ada penderita tapi dampaknya tidak ada karena di rumah sakit juga kosong, karena yang kita bawa di rumah sakit kecuali yang sudah gejala sedang atau berat,” tutupnya. (Anto Buteng)

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button